Pages

Showing posts with label preventif. Show all posts

CARA PERAWATAN BP

bahan perpustakaan



Untuk menghindari atau meminimalisir faktor-faktor perusak bahan pustaka, maka diperlukan usaha perawatan bahan pustaka. Banyak cara yang bisa dilakukan. Berikut beberapa cara perawatan yang bisa dilakukan berdasarkan faktor penyebab kerusakannya.


    a. berikan koleksi tempat penyimpanan yang terbuat dari bahan yang bebas asam (misal box, map,         amplop)

    b. gunakan perekat bebas asam (misal : lem CMC atau lem MC, double tape acid free), atau                    pengikat dari pita katun atau bahan kain

    c. Jika jilidan dari bahan kulit, lakukan pemberian lapisan penyemiran kulit, minimal setahun                 sekali

    d. Berikan salinan / copy untuk penggunaan koleksi yang sering / berlebih

II. Fakor Eksternal

1. Terhadap suhu dan kelembaban (kondisi ideal : suhu 20-24 C, kelembaban 45% - 60 %)

    a. hidupkan AC selama 24/7,  24 jam sehari selama 7 hari, terus menerus.

    b. Jika AC hanya hidup stngah hari, maka atur suhu pada 26 - 28 C, agar perbedaan suhu saat AC         hidup dan saat mati tidak ekstrim (tidak terlalu jauh). Perbedaan suhu yang ekstrim dapat                    mempercepat kerusakan bahan pustaka.

    c. Pada kelembaban yang tinggi, gunakan dehumidifier (pengurang kelembaban), seperti : naftalen ball / kapur barus / kamper atau silica gel

    d. Buat ventilasi udara yang baik, serta jendela berfungsi optimal

    e. Dapat dibantu kipas angin untuk sirkulasi udara yang stabil

2. Terhadap pengaruh cahaya / UV

    a. Gunakan filter / gordyn untuk menghalangi sinar UV

    b. Hindari meletakan koleksi terlalu dekat dengan jendela

    c. Gunakan filter pada lampu TL

3. Terhadap faktor polutan

    a. Bersihkan koleksi mau pun tempat penyimpanan secara berkala (di-lap, di-vacuum cleaner)

    b.Sebaiknya gunakan AC, karena ada filter udaranya

    c. Menyimpan buku dalam kotak pelindung

4. Terhadap faktor biota    

    a. Periksa kondisi koleksi dan tempat penyimpanannya secara berkala

    b. bersihkan koleksi serta penyimpanan secara rutin

    c. Koleksi jangan terlalu rapat, agar sirkulasi udara lancar

    d. Lakukan fumigasi secara berkala, atau saat mulai ditemukan gangguan biota

    e. Jaga kestabilan kelembaban dengan naftalen ball dan silica gell

    f. Letakan bahan berbau untuk mengusir serangga, seperti : naftalen ball

5. Terhadap rak / lemari penyimpanan yang tidak memenuhi syarat

    a. Sesuaikan ukuran rak dengan koleksi

    b. Rak dibuat dari bahan anti serangga dan anti karat

    c. Setidaknya ambal paling bawah berjarak 10 cm dari lantai, dan rak berjarak minimal 15 cm dari         dinding

    d. Lapisi rak dengan cat kayu, untuk mengurangi pengaruh asam

    e. Periksa sela-sela rak secara berkala, agar biota tidak berkembang biak di sana

6. Terhadap faktor Bencana Alam dan Kebakaran

    a. Adakan disaster preparedness program (program persiapan bencana)

    b. Koleksi tidak menmpel di ubin atau di tembok

    c. Siapkan alat pemadam api (APAR)

    d. Periksa kabel listrik secara berkala

7. Terhadap Faktor Manusia

    a. Penyuluhan / sosialisasi tentang penanganan kolksi bagi pustakawan dan pemustaka

    b. Memperbaiki sistem pengamanan koleksi

    c. Membuat cadangan / salinan koleksi dalam bentuk digital, mikro atau pun kopiannya.











Penyebab Kerusakan Bahan Perpustakaan (part 2)

faktor perusak

Pada tulisan sebelumnya,telah dibahas tentang penyebab faktor kerusakan bahan perpustakaan yang berasal dari faktor internal, maka sekarang akan dibahas tentang faktor kerusakan bahan pustaka yang berasal dari faktor eksternalnya.

II. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor penyebab kerusakan yang berasal dari luar bahan perpustakaan itu sendiri. Faktor eksternalini terdiri atas :

A. Faktor lingkungan

    1. Temperatur dan kelembaban

        Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan kelembaban. Fluktuasi yang sangat drastis akan         besar pengaruhnya terhadap kerusakan kertas, karena kertas akan mengendur dan menegang. Jika hal         ini terjadi berulang kali, akan memutuskan ikatan rantai kimia pada serat selulosa kertas sehingga             menyebakan kertas menjadi rapuh. 

        Kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menimbulkan beberapa masalah.                Kombinasi antara temperatur yang tinggi dan kelembaban yang tinggi akan menyuburkan                            pertumbuhan jamur dan serangga. Apabila kelembaban udara terlalu rendah, menyebabkan kertas menjadi kering dan getas serta sampul yang terbuat dari kulit akan menjadi keriput.

    2. Cahaya

        Cahaya mempunyai pengaruh mengelantang, menyebabkan kertas menjadi pucat dan warna tinta            memudar. Karena pengaruh cahaya, lignin pada kertas akan bereaksi dengan komponen lain                    sehingga kertas berubah menjadi kecoklatan.

        Kerusakan karena cahaya sangat tergantung dari panjang gelombang (adanya sinar UV) dan waktu         pencahayaan. Makin kecil panjang gelombang dan makin lama waktu pencahayaan, kertas makin         cepat rusak. 

    3. Polutan

        Polutan atau pencemar udara seperti gas sulfur dioksida, gas hidrogen sulfida dan gas nitrogen oksida yang berasal dari hasil pembakaran minyak bumi, pabrik dan kendaraan bermotordapat merusak bahan pustaka.

Debu, kotoran dan partikel lainnya yang berasal dari udara dapat merusak kertas, yaitu antara lain: kertas mudah tergores karena gesekan, partikel debu akan masuk ke selasela halaman buku. Partikel debu pada lingkungan yang lembab akan menimbulkan noda permanen yang sukar dihilangkan. Kotoran dan partikel padat seperti jelaga dapat menimbulkan suasana asam yang dapat merusak kertas.

    4. Rak penyimpanan tidak sesuai

        Rak yang tidak memadai atau tidak sesuai standarjuga dapat merusak koleksi/ bahan pustaka. 

B. Faktor Biota

Banyak makhluk hidup yang bisa merusak koleksi bahan perpustakaan. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biota seperti mikroorganisme, serangga dan tikus umumnya dikenal sebagai bio deterioration.

Biota dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: jamur (fungus/ mold); Serangga (silverfish, bookworm, booklice, rayap, kecoa); dan hewan pengerat (Tikus)

Jamur dapat penyebab kerusakan yang cukup serius pada kertas karena dapat merubah warna kertas dan menyebabkan kertas menjadi rapuh. Jamur dapat memproduksi beberapa macam asam organik seperti asam oksalat, asam fumorik dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam dan rapuh. Pada tempat tumbuhnya jamur biasanya akan timbul noda yang berbentuk bintik-bintik pada kertas disebut foxing. Foxing adalah besi oksida atau besi hidroksida yang terbentuk dari reaksi kimia antara partikel besi yang terkandung dalam kertas dengan asam organik yang dihasilkan oleh jamur.

Rayap adalah serangga perusak yang paling berbahaya, karena dapat merusak koleksi. Raya berbadan lunak dan berwarna pucat, hidup berkelompok dalam koloni yang terorganisasi dengan baik. Ada 2(dua) jenis rayap, yaitu rayap kayu dan rayap tanah. Kedua jenis rayap ini memakan bahan sellulosa pada koleksi sehingga tidak bisa diperbaiki kembali. 

Jenis hewan pengerat yang sangat berbahaya dalam merusak koleksi adalah tikus (mice/mouse). Tikus menggunakan kertas untuk membuat sarang serta untuk mengasah giginya, sehingga buku-buku menjadi tidak utuh karena digerogoti oleh tikus. Tikus merupakan jenis hewan pengerat yang cukup serius dapat merusak kertas. Tikus betina akan mengumpulkan kertas untuk dibuat sarang. Tikus juga merusak buku-buku karena kebiasaan mereka menggerogoti benda keras untuk menjaga gigi mereka yang tajam. Selain itu urin dan kotoran tikus dapat menodai kertas serta dapat menimbulkan penyakit.

C. Faktor Manusia

Faktor penyebab yang besar bagi kerusakan bahan perpustakaan dimungkinkan karena keterlibatan manusia. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung (misalnya: pencurian, pengrusakan, dan penanganan yang kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak langsung, misalnya memproduksi kertas dengan kualitas rendah, mutu jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan pengguna perpustakaan. Cara penanganan yang salah dan kurang hati-hati baik yang dilakukan oleh staf maupun pemustaka dapat menyebabkan kerusakan pada bahan perpustakaan.

D. Faktor Bencana Alam

Bencana di bagi menjadi 2 yaitu bencana karena alam seperti: angin topan, gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan bencana yang dikarenakan oleh manusia seperti : kebakaran, vandalisme, terorisme, perang, dll.

Karena datangnya bencana tidak dapat dipastikan, maka perlu disusun perencanaan persiapan dalam menghadapi bencana bagi perpustakaan-perpustakaan agar dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi.


===========================

Source: 

1. Razak,M., et al, Petunjuk teknis pelestarian bahan pustaka, 1995,Jakarta : Perpustakaan Nasional RI

2. Pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan : Bahan ajar pendidikan dan pelatihan pustakawan inpassing, 2019, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI

3. Sudiarti, Leni, Pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan : bahan tayang diklat pengenalan perpustakaan, 2019, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI

Perawatan Bahan Perpustakaan

bahan perpustakaan

Perawatan Bahan Perpustakaan (perawatan bahan pustaka) juga termasuk tindakan preventif (pencegahan) terhadap kerusakan bahan pustaka.

Jika dihubungkan dengan pemeliharaan bahan perpustakaan, maka posisi perawatan adalah setelah pemeliharaan. Jadi tindakan awal adalah pemeliharaan, berupa persiapan yang matang terhadap penyimpanan maupun tindakan pada koleksi bahan perpustakaan. Sedangkan perawatan adalah tindakan sesaat sebelum terjadi kerusakan,atau pun saat mulai terjadinya kerusakan, sebelum adanya kerusakan lebih lanjut. Jika sudah terjadi kerusakan, maka tindakannya adalah perbaikan, yaitu perbaikan bahan perpustakaan.

Tujuan perawatan bahan pustaka itu sendiri antara lain :

1. Mencegah penyebab kerusakan bahan perpustakaan

2. Melindungi bahan perpustakaan dari faktor penyebab kerusakan bahan perpustakaan

3.Memperpanjang usia Bahan Perpustakaan, sehingga bisa lebih lama dipergunakan

Jika disimpan dan diperlakukan sesuai standar atau prosedurnya, maka ini akan memperbesar kemungkinan koleksi bahan perpustakaan tersebut bisa berusia lebih panjang, sehingga bisa lebih lama pula pemanfaatannya.

Contoh tindakan perawatan bahan perpustakaan adalah :

    a. Bersihkan koleksi secara rutin, dengan menggunakan kuas, lap bersih, atau vacuum cleaner. Hindari penggunaan kemoceng,karena kemoceng berpeluang menyebarkan debu ke segala arah, bukan membersihkan debu tersebut. Kemoceng cenderung hanya akan memindahkan debu/kotoran.

    b. Letakan naftalen ball/kapur barus/kamper di tempat penyimpanan koleksi. Fungsinya adalah untuk mengurangi kelembaban udara di sekitar koleksi bahan pustaka. Serangga pun kurang menyukai aroma kapur barus tersebut. Hal ini akan membuat serangga menghindari koleksi.

    c. Letakan silica gel di tempat penyimpanan koleksi yang tertutup, seperti pada lemari / rak display, kontainer, laci. Fungsi silica gel sama dengan naftalen ball, yaitu sebagai penyerap uap air, sehingga bisa mencegah kelembaban udara yang berlebih (desican). Akan tetapi silica gel tidak memiliki aroma, berbeda dengan naftalen ball yang rata-rata memiliki aroma wangi.

    d. Untuk tips sederhana perawatan bahan perpustakaan lainnya, termasuk untuk koleksi pribadi, bisa disimak lebih jauh di sini.

Mari sayangi koleksi pustaka kita, dengan pemeliharaan dan perawatan lebih dini... :)


Pemeliharaan Bahan Perpustakaan

bahan perpustakaan






Pemeliharaan
bahan perpustakaan merupakan bagian dari rangkaian tindakan preservasi. Pemeliharaan adalah wujud dari tindakan preventif terhadap kerusakan bahan perpustakaan.

Tindakan preventif sendiri merupakan tindakan pencegahan terhadap kerusakan bahan perpustaan. Jadi, sederhananya begini... Tindakan pemeliharaan bahan perpustakaan adalah tindakan atau usaha pencegahan, sebelum dimulainya proses kerusakan pada bahan perpustakaan.

Contoh dari tindakan pemeliharaan tersebut adalah :
1. adanya ventilasi udara yang baik, sehingga sirkulasi udara berjalan lancar. Sirkulasi yang baik akan meminimalisir kelembaban berlebih dan menstabilkan temperatur di ruang koleksi.
2. Pembuatan rak koleksi yang memenuhi standar dan sesuai kebutuhan. Hal ini akan mencegah kerusakan koleksi karena ruang simpan yang tidak memadai, terlalu kecil, terlalu sempit, dan sebagainya.
3. Hindari meletakan koleksi berdekatan langsung dengan jendela  
4. Membuat filter terhadap paparan sinar UV (ultra violet) pada jendela, dekat lampu, atau arah sumber cahaya lainnya.
5. Hindari meletakan koleksi tanpa alas di atas lantai
6. Hindari pula meletakan koleksi di dekat kamar mandi atau saluran air
7. dan sebagainya

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Maka lebih baik persiapkan penyimpanan koleksi bahan perpustakaan dengan baik, dari pada nanti harus memperbaiki koleksi tersebut. Memperbaiki akan membutuhkan waktu, biaya, keterampilan yang bisa saja,tidak sedikit. Karenanya, ada baiknya mempersiapkan pemeliharaan yang baik terhadap bahan perpustakaan tersebut,sedini mungkin.